Perombakan besar-besaran dilakukan Arema Indonesia seiring memasuki putaran kedua Indonesia Super League (ISL), musim ini.
Tak hanya komposisi amunisi tim saja yang dilakukan tim berjuluk Singo Edan ini, melainkan juga pada jersey tim.
Kini,
tim asuhan Joko ‘Gethuk’ Susilo tersebut memakai apparel Ultras,
pabrikan lokal asal Kota Malang. Ultras akan membaluti seluruh awak tim
dengan apparel produknya dengan durasi kerjasama hingga akhir musim.
Saat
melalui laga kandang pertamanya di putaran kedua ISL, Pierre Seme
Patrick dkk juga berbalut jersey Ultras. Dengan jersey baru, semangat
baru dan berlipat ganda ditunjukkan tim yang kini sedang berjuang lepas
dari posisi juru kunci tersebut.
Hasilnya,
Singo Edan sukses melibas tamunya Persib Bandung dengan skor 2-1 (1-0)
di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Rabu (25/4) sore itu. Sebelumnya, Ultras
juga sudah mendampingi tim di tiga laganya saat tandang ke tanah Papua.
‘’Ini
sebenarnya proyek Ultras buat awal musim, waktu tim mau dibentuk.
Tetapi karena saya lihat materi pemain, rasanya berat gabung, saya tidak
berani. Artinya, saya realistis, kami juga ngomong dagang atau bisnis.
Dengan alokasi sekian-sekian yang diminta manajemen, draftnya juga
banyak. Saya kira, sepertinya belum bisa gabung,’’ Ivan Syahrul, Pemilik Ultras , sore kemarin.
Dia
menyebut, mungkin ada hikmahnya dibalik komposisi amunisi tim yang
kurang mengesankan, manajemen lantas melakukan perombakan besar-besaran.
Manajemen
datangkan banyak pemain-pemain lebih berkualitas yang diharapkan dapat
membantu Arema ISL memperbaiki prestasinya di klasemen. Walhasil, Ivan
ambil kans gabung dengan tim jelang turun di putaran kedua.
MOU
tercapai oleh kedua belah pihak, yakni manajemen dan Ultras, sejak 18
April lalu. meski kesannya waktu persiapannya mepet, tetapi tidak ada
masalah. Sepanjang putaran kedua nanti, Arema ISL bersama Ultras akan
memiki tiga jenis kostum tanding.
Kostum utama berwarna biru dan kostum kedua berwarna merah dengan sama-sama bermotif garis hitam, Sementara untuk kostum netral dengan dominasi kuning kombinasi biru.
Di
kostum ini, ada label Ultras –nya. Untuk desain kostum pertama dan
kedua, apparel yang berdiri sejak tahun 1998 ini sempat ditentang
manajemen lantaran salah satunya dinilai tidak layak jual.
‘’Saya
ingin orang tahu meski merk lokal, tapi kami bisa menyiapkan untuk tim
sebesar Arema. Saya juga datangkan bahan dari Jakarta. Yang penting
cocok kostum bola dan lumayan. Manajemen tawarkan desain, tetapi saya
tidak mau. Karena saya sebagai penyedia apparel, kebetulan juga suporter
yang Insya Allah tahu apa yang dimau Aremania,’’ tambah dia.
Akhirnya
setelah diskusi panjang, ketemu desain yang disiapkan Ultras. Sementara
khusus untuk kostum netral, tim desain manajemen Arema yang menyiapkan
modelnya.
‘’Kostum yang netral, manajemen minta tolong pakai desain manajemen yang digarap tim desainnya, karena untuk merasa dipakai,’’ ucap Ivan yang ingin Arema kembali berkostum biru aslinya, bukan dongker, atau warna lain.
Ultras
sendiri akan menyediakan ketiga jenis kostum tanding, tiga kostum
latihan, T-shirt, rompi dan jaket. Bukan itu saja, Ultras juga akan
memberikan kontribusi prosentase penjualan merchandise.
Namun,
Ultras juga punya hak diantaranya mendapatkan hak ekslusif sebagai
apparel tim dan tidak boleh ada pihak lain yang memanfaatkan pemain
sebagai icon produknya Ultras, menggunakan pemain Arema ISL sebagai
sarana promosi apparel dan mendapatkan dua a-board setiap laga home tim.
‘’Kami
sampaikan, produk merchandise Ultras sebagai jersey resmi tim akan kami
pasarkan di Ultras di Jalan Trunojoyo dan outlet Death Jhony di Jalan
Oro-oro Dowo,’’ katanya.
Manajemen Arema sendiri merasa
bangga bisa menggandeng apparel produk asli Malang. Sekalipun ada
beberapa merek terkenal dengan level internasional, yang sudah
menawarkan diri menjadi apparel Arema, seperti tahun-tahun sebelumnya.
‘’Kami
memilih Ultras bukan tanpa pertimbangan. Yang jelas, kami ingin memakai
potensi lokal dan asli Arema. Toh desain yang ditawarkan tidak kalah
disbanding produk lain,’’ tutur Sudarmadji, media officer Arema.